Hama
A. Ulat Grayak (
Spodoptera litura )
Ulat grayak aktif makan pada
malam hari, meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga daun yang
terserang dari jauh terlihat berwarna putih (Balitbang, 2006). Larva yang masih
kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan
meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun, transparan dan tinggal
tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya
terjadi pada musim kemarau (Tenrirawe dan Talanca, 2008). Selain pada daun,
ulat dewasa makan polong muda dan tulang daun muda, sedangkan pada daun yang
tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain menyerang kedelai, ulat grayak juga
menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, bayam dan kubis (Balitbang,
2006).
Gejala
: berupa lubang-lubang
tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan.
Pengendalian : Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada
pagi/sore hari , semprot Natural VITURA
B. Ulat Tanah ( Agrotis
ypsilon )
Larva aktif pada
malam hari untuk mencari makan dengan menggigit pangkal batang. Pangkal batang
yang digigit akan mudah patah dan mati. Di samping menggigit pangkal batang,
larva yang baru menetas, sehari kemudian juga menggigit permukaan daun. Ulat
tanah sangat cepat pergerakannya dan dapat menempuh jarak puluhan meter. Seekor larva dapat merusak ratusan
tanaman muda.
Selain menyerang
tanaman tomat, ulat tanah juga menyerang tanaman jagung, padi, tembakau, tebu,
bawang, kubis, kentang dan sebagainya.
Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga
tangkai daun rebah.
Pengendalian :
Kultur teknis
Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah. Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan tempat ngengat A. ipsilon meletakkan telurnya.
Pengendalian fisik / mekanis
Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja – malam hari, dan larva biasanya dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.
Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys braueri. Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta nematoda Steinernema sp.
Pengendalian kimiawi
Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain aplikasikan Sipermetrin pada tanah di sekeliling tanaman Tembakau.
Kultur teknis
Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah. Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan tempat ngengat A. ipsilon meletakkan telurnya.
Pengendalian fisik / mekanis
Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja – malam hari, dan larva biasanya dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.
Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys braueri. Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta nematoda Steinernema sp.
Pengendalian kimiawi
Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain aplikasikan Sipermetrin pada tanah di sekeliling tanaman Tembakau.
C. Ulat penggerek pucuk
( Heliothis sp. )
Gejala : daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis.
Pengendalian : kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.
D. Nematoda (
Meloydogyne sp. )
Salah satu masalah
penting dalam upaya meningkatkan produksi tembakau di Indonesia adalah serangan
kompleks patogen bakteri Pseudomonas solanacearum, jamur Phytophthora
nicotianae, yang berasosiasi dengan nematoda Meloidogyne spp. (Dalmadiyo et
al., 1998a). Tanaman tembakau yang terserang penyakit kompleks
tersebut, pada umur
30-45 hari mati, kematian dapat mencapai lebih dari 50%. Dalam upaya
mengendalikan nematode pada tanaman tembakau, Dalmadiyo et al. (1998b),
menemukan 6 nomor aksesi yang tahan teradap M. incognita yaitu S. 2258/2/1/1,
S.1976/
M, S. 1032, S. 1019,
S. 1968/M dan S. 1012. Ke enam aksesi tersebut sama tahannya dengan NC 2514,
tapi lebih tahan dibandingkan dengan NC 95 yang berasal dari Amerika. Galur S
2258/2/ 1/1 merupakan galur terbaik, karena selain tahan terhadap nematoda puru
akar, juga tahan terhadap P. nicotianae (Dalmadiyo et al., 1998b).
Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil,
layu, daun berguguran dan akhirnya mati.
Pengendalian : sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam,PESTONA. Secara umum,
strategi pengendalian terpadu nematoda parasit dapat dilakukan melalui
karantina,
pemusnahan pusat
serangan, kebersihan kebun dan tindakan teknik budidaya, pengendalian hayati
dan ekologi, pemilihan areal bebas nematoda, pengendalian kimia dan fisik
secara langsung, pemberaan, pergiliran tanaman, varietas
tahan, dan varietas
toleran (Oostenbrink,1972).
E. Kutu – kutuan ( Aphis
Sp, Thrips sp, Bemisia sp.)
Pembawa penyakit yang
disebabkan virus.
Pengendalian : predator Koksinelid, Natural BVR.
F. Hama lainnya
Gangsir (Gryllus
mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana),
semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
Penyakit
A. Hangus batang (
damping off )
Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi
akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.
Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan
Natural GLIO.
B. Lanas
Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae.
Gejala : timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas,
pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati.
Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.
C. Patik daun
Penyebab : jamur Cercospora nicotianae.
Gejala : di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian
daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek.
Pengendalian : desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif,
gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
D. Bercak coklat
Penyebab : jamur Alternaria longipes.
Gejala : timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini
juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji.
Pengendalian : mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
E. Busuk daun
Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun
membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan.
Pengendalian : cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
F. Penyakit Virus
Penyebab : virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul),
Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus).
Gejala : pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
Pengendalian : menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.
Catatan
:
Jika pengendalian
hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan
pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata
dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis
+ 5 ml ( ½ tutup) pertangki
Refferensi :
Ika Mustika. 2005. “KONSEPSI DAN STRATEGI PENGENDALIAN NEMATODA
PARASIT TANAMAN PERKEBUNAN DI INDONESIA.” Balai
Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Vol
4. No.1. 20-32. Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute Jl.
Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111.
No comments:
Post a Comment