Wednesday, July 5, 2017

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TEMBAKAU


Hama

A.   Ulat Grayak ( Spodoptera litura )
      Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih (Balitbang, 2006). Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau (Tenrirawe dan Talanca, 2008). Selain pada daun, ulat dewasa makan polong muda dan tulang daun muda, sedangkan pada daun yang tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain menyerang kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, bayam dan kubis (Balitbang, 2006).

Gejala           : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan.
Pengendalian : Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari , semprot Natural VITURA

B.   Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon )
Larva aktif pada malam hari untuk mencari makan dengan menggigit pangkal batang. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Di samping menggigit pangkal batang, larva yang baru menetas, sehari kemudian juga menggigit permukaan daun. Ulat tanah sangat cepat pergerakannya dan dapat menempuh jarak puluhan meter.  Seekor larva dapat merusak ratusan tanaman muda.
Selain menyerang tanaman tomat, ulat tanah juga menyerang tanaman jagung, padi, tembakau, tebu, bawang, kubis, kentang dan sebagainya.

Gejala             : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah.

Pengendalian :

Kultur teknis
Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah. Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan tempat ngengat A. ipsilon meletakkan telurnya.

Pengendalian fisik / mekanis
Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja – malam hari, dan larva biasanya dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.  

Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys braueri. Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta nematoda Steinernema sp.

Pengendalian kimiawi
Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain aplikasikan Sipermetrin pada tanah di sekeliling tanaman Tembakau.

C.   Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. )

Gejala             : daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis.
Pengendalian : kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.

D.    Nematoda ( Meloydogyne sp. )

Salah satu masalah penting dalam upaya meningkatkan produksi tembakau di Indonesia adalah serangan kompleks patogen bakteri Pseudomonas solanacearum, jamur Phytophthora nicotianae, yang berasosiasi dengan nematoda Meloidogyne spp. (Dalmadiyo et al., 1998a). Tanaman tembakau yang terserang penyakit kompleks
tersebut, pada umur 30-45 hari mati, kematian dapat mencapai lebih dari 50%. Dalam upaya mengendalikan nematode pada tanaman tembakau, Dalmadiyo et al. (1998b), menemukan 6 nomor aksesi yang tahan teradap M. incognita yaitu S. 2258/2/1/1, S.1976/
M, S. 1032, S. 1019, S. 1968/M dan S. 1012. Ke enam aksesi tersebut sama tahannya dengan NC 2514, tapi lebih tahan dibandingkan dengan NC 95 yang berasal dari Amerika. Galur S 2258/2/ 1/1 merupakan galur terbaik, karena selain tahan terhadap nematoda puru akar, juga tahan terhadap P. nicotianae (Dalmadiyo et al., 1998b).

Gejala             : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati.
Pengendalian : sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam,PESTONA. Secara umum, strategi pengendalian terpadu nematoda parasit dapat dilakukan melalui karantina,
pemusnahan pusat serangan, kebersihan kebun dan tindakan teknik budidaya, pengendalian hayati dan ekologi, pemilihan areal bebas nematoda, pengendalian kimia dan fisik secara langsung, pemberaan, pergiliran tanaman, varietas
tahan, dan varietas toleran (Oostenbrink,1972).

E.   Kutu – kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.)
Pembawa penyakit yang disebabkan virus.
Pengendalian : predator Koksinelid, Natural BVR.

F.   Hama lainnya
Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).


Penyakit

A.  Hangus batang ( damping off )
Penyebab       : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.
Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.

B.   Lanas
Penyebab       : Phytophora parasitica var. nicotinae.
Gejala        : timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati.
Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.

C.    Patik daun
Penyebab       : jamur Cercospora nicotianae.
Gejala             : di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek.
Pengendalian : desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

D.  Bercak coklat
Penyebab       : jamur Alternaria longipes.
Gejala        : timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji.
Pengendalian : mencabut dan membakar tanaman yang terserang.

E.   Busuk daun
Penyebab     : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan.
Pengendalian : cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

F.   Penyakit Virus
    Penyebab       : virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus).
      Gejala             : pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
      Pengendalian : menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.
  
Catatan :                   
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki
Refferensi :



Ika Mustika. 2005. “KONSEPSI DAN STRATEGI PENGENDALIAN NEMATODA PARASIT TANAMAN PERKEBUNAN DI INDONESIA.” Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Vol 4. No.1. 20-32. Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111.



No comments:

Post a Comment

Pengertian dan Fungsi Terasering Pada Lahan Pertanian

Erosi yang berlangsung secara terus menerus   akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia. Hilangnya sumber daya alam yang ada, khususn...